“Sadarkah anda, jika mendiam
bukanlah cara untuk menggumam”
Entah
harus ku mulai darimana semua terasa berat dirasa
Kata
penuh frasa serta sajak yang berirama, ya aku hanya mengutarakan semuanya
Sembari
berharap kau kembali sama, karena aku disini berduka.
Ku muli
saat dulu kau dan aku bercanda memecah duka yang sebabkan terlalu banyak luka
bahkan hingga kita lupa apakah kita pernah merasakannya, tanpa frasa tanpa
irama yang kini kugores dengan ini cerita.
Kuakui
aku kurang paham, kurasa kini kelam. Namun ingatlah bahwa semua memori terkam meski
semua terasa sekejap semua... Tawa, canda, bahkan hal yang tak bisa dirasa. Aku tau
mungkin kau tak merasakan, namu dulu kuanggap itu sebuah harapan, bukan cita
bukan juga angan juga, namun kau pasti tau itu semua.
“Karena tuhan selalu
tau, maka aku tak pernah tau tentang sikapmu”
Dilain
sisi, aku mencoba. Pernah ku duduk sendiri, meratapi apa yg kupunya saat ini
hanya ditemani bangku juga meja yang keduanya membisu, hanya tergeletak pena
juga buku yang entah kenapa saat itu aku pun tak sanggup menggoreskan pena
disitu. Bagai punjangga ulung yang sok sok an untuk mencoba merenung. Tersadari
seperti ini kesendirian tanpa kebahagiaan. Akhirnya ku hanya bertanya dulu
kenapa aku terbuai dengan tentangmu semua, setelah cangkir datang menghampir
semua menjadi begitu mudah terpikir. Mengigat itu membuat waktu berlalu dan
semakin berlalu entah akhirnya pun ku tetap takbisa temukannya. Ya jawabannya.
Pernahkan
kau terpikir bahwa senja tak selalu tentang kedamaian, ketentraman, dan
keindahan abadi yg jadi misteri bagi ku kini. Ya mungkin kau selalu bersasumsi seperti itu selayaknya yang
lain itu. Karena sesungguhnya dimataku aku yakin kau tak seperti yang lain.
“Saat pertama” pertama kita bertemu berdua, pertama kau buat ku tertawa,
pertama aku bisa membuat kau merasa bersahaja. Semua saat itu terlewat begitu
saja dan kuyakin kau pasti melupakannya tapi ku disini tak kuasa. Ini bukan
soal cinta-cinta yang sering dikata, ini bukan soal patah hati yang kebanyakan
hancurkan segala distorsi. Ya ini tentang sikapmu kali ini yang sampai kini
kutakbisa mengerti, pahami meski kini ku tulis ini.
“dulu pun kau ceritakan semua, kini
diam entah kenapa. Mencoba menguak pun aku tak bisa, serasa nafas ditengah
sejuta bunga rafleshia”
Kutumpahkan
semua ini dalam goresan yang mungkin bagimu entah untuk apa
Setelah
kutulis aku ingat juga.
Saat
malam itu tiba-tiba saja kau balas
Timbulkan
segala rasa puas
Lalu
kabur tanpa jelas
NASSS... dan MEMBEKAS
0 komentar:
Post a Comment