Tuesday 26 May 2015

Aku, kau dan Kegundahan akan Diam

“Sadarkah anda, jika mendiam bukanlah cara untuk menggumam”
Entah harus ku mulai darimana semua terasa berat dirasa
Kata penuh frasa serta sajak yang berirama, ya aku hanya mengutarakan semuanya
Sembari berharap kau kembali sama, karena aku disini berduka.
Ku muli saat dulu kau dan aku bercanda memecah duka yang sebabkan terlalu banyak luka bahkan hingga kita lupa apakah kita pernah merasakannya, tanpa frasa tanpa irama yang kini kugores dengan ini cerita.
Kuakui aku kurang paham, kurasa kini kelam. Namun ingatlah bahwa semua memori terkam meski semua terasa sekejap semua... Tawa, canda, bahkan hal yang tak bisa dirasa. Aku tau mungkin kau tak merasakan, namu dulu kuanggap itu sebuah harapan, bukan cita bukan juga angan juga, namun kau pasti tau itu semua.
                        “Karena tuhan selalu tau, maka aku tak pernah tau tentang sikapmu”
Dilain sisi, aku mencoba. Pernah ku duduk sendiri, meratapi apa yg kupunya saat ini hanya ditemani bangku juga meja yang keduanya membisu, hanya tergeletak pena juga buku yang entah kenapa saat itu aku pun tak sanggup menggoreskan pena disitu. Bagai punjangga ulung yang sok sok an untuk mencoba merenung. Tersadari seperti ini kesendirian tanpa kebahagiaan. Akhirnya ku hanya bertanya dulu kenapa aku terbuai dengan tentangmu semua, setelah cangkir datang menghampir semua menjadi begitu mudah terpikir. Mengigat itu membuat waktu berlalu dan semakin berlalu entah akhirnya pun ku tetap takbisa temukannya. Ya jawabannya.
Pernahkan kau terpikir bahwa senja tak selalu tentang kedamaian, ketentraman, dan keindahan abadi yg jadi misteri bagi ku kini. Ya mungkin kau selalu bersasumsi seperti itu selayaknya yang lain itu. Karena sesungguhnya dimataku aku yakin kau tak seperti yang lain. “Saat pertama” pertama kita bertemu berdua, pertama kau buat ku tertawa, pertama aku bisa membuat kau merasa bersahaja. Semua saat itu terlewat begitu saja dan kuyakin kau pasti melupakannya tapi ku disini tak kuasa. Ini bukan soal cinta-cinta yang sering dikata, ini bukan soal patah hati yang kebanyakan hancurkan segala distorsi. Ya ini tentang sikapmu kali ini yang sampai kini kutakbisa mengerti, pahami meski kini ku tulis ini.
“dulu pun kau ceritakan semua, kini diam entah kenapa. Mencoba menguak pun aku tak bisa, serasa nafas ditengah sejuta bunga rafleshia”
Kutumpahkan semua ini dalam goresan yang mungkin bagimu entah untuk apa
Setelah kutulis aku ingat juga.

Saat malam itu tiba-tiba saja kau balas
Timbulkan segala rasa puas
Lalu kabur tanpa jelas
NASSS... dan MEMBEKAS

0 komentar:

Post a Comment